Kamis, 06 Desember 2012

PROPOSAL METODE RISET


ANALISIS PENGARUH PROGRAM PROMOSI,
PERSEPSI MEREK, MOTIVASI KONSUMEN, DAN
KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN MOTOR YAMAHA DI KOTA
SEMARANG


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin  maju seperti sekarang ini membuat banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi secara signifikan dari tahun sebelum dan terjadi pada masa sekarang sebagai akibat semakin majunya ilmu teknologi yang diterapkan oleh suatu bangsa.  bangsa Indonesia contohnya sebagai negara yang mempunyai populasi penduduk terbesar nomor 4 (empat) www.populationworld.com, (2009) di dunia menjadikan negara Indonesia ini harus memiliki penerapan ilmu teknologi yang sangat maju sebagai alat untuk mempermudah arus komunikasi dan transportasi antar penduduk sehingga dapat tercipta kemajuan dan perkembangan antar daerah secara merata.  Dalam bidang transportasi kita mungkin telah mengenal motor sebagai salah satu alat transportasi yang biasa digunakan oleh penduduk Indonesia.  Hal ini dikarenakan selain praktis dan hemat jika dibandingkan dengan membayar ongkos angkutan umum, alasan  lain yang mempengaruhi perkembangan motor di Indonesia adalah untuk mempercepat seseorang apabila akan melakukan perpindahan dari suatu tempat ketempat lainnya. Itulah alasan mengapa pertumbuhan para pengguna sepada motor di negara ini semakin meningkat setiap tahunnya bahkan disaat krisis ekonomi yang mengguncang negara ini beberapa tahun lalu pertumbuhan sepeda motor justru semakin meningkat. Seiring perkembangan waktu dan semakin meningkatnya kebutuhan alat transportasi membawa angin segar bagi perusahaan otomotif terutama di bidang sepeda motor, yang sangat dibutuhkan oleh banyak orang selain harganya terjangkau dan juga mudah dalam perawatan.  Saat ini banyak sekali bermunculan berbagai merek sepeda motor seperti HONDA, YAMAHA, SUZUKI, dan KAWASAKI sebagai pemain utama dalam pasar sepeda motor di negara ini yang selalu bersaing untuk merebut minat konsumen untuk membeli produk motor mereka. Karena untuk menarik minat beli konsumen yang sangat sulit, maka diperlukan usaha yang keras dan  inovasi yang terencana dari waktu ke waktu dari setiap perusahaan untuk menarik minat beli konsumen.  Pasar sepeda motor Indonesia yang sangat luas  membuat beberapa perusahaan HONDA, YAMAHA, SUZUKI, dan KAWASAKI selalu berlomba-lomba memproduksi produk yang dapat memenuhi kebutuhan dari konsumen mereka.
Menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) dari tahun 2005-2010 Honda selalu menjadi pemimpin pasar sepeda motor, sedangkan Yamaha selalu menjadi nomor 2 (dua) setelah Honda.  Walaupun penjualan mereka selalu menunjukan tren hasil positif, ini berarti tren positif peningkatan penjualan sepeda motor Yamaha belum mampu mengalahkan penjualan sepeda motor Honda sebagaipemimpin pasar sepeda motor di Indonesia. Dengan menggunakan tagline “Yamaha Semakin Didepan” Yamaha berusaha menunjukan bahwa mereka selangkah lebih maju dibandingkan yang lain dan juga agar konsumen semakin mengenal produk mereka dan kemudian mau memakai produk-produk motor buatan mereka yang dikenal cepat, gesit dan sporty sehingga cocok untuk berbagai golongan usia.  Selain itu Suzuki dan Kawasaki tak ubahnya menjadi pelengkap dalam pasar sepeda motor di Indonesia. Berdasarkan teori yang ada maka penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh program promosi, persepsi merek, motivasi konsumen, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian.  Penelitian akan dilakukan dengan judul “Analisis Pengaruh Program Promosi, Persepsi Merek, Motivasi Konsumen dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha di Kota Semarang”.


1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan di atas terdapat  kenaikan yang signifikan dari penjualan sepeda motor Yamaha setiap tahunnya, akan tetapi hal tersebut belum bisa mengalahkan penjualan sepeda motor Honda di Indonesia dan bagaimana cara untuk lebih meningkatkan penjualan sepeda motor Yamaha di Indonesia yang dapat diukur melalui beberapa variabel yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Dari beberapa teori yang diuraikan oleh beberapa ahli diatas dan beberapa penelitian terdahulu  yang mendasari variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dengandemikian maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah  Program promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
2. Apakah Persepsi merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek
Yamaha?
3. Apakah  Motivasi konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
4. Apakah Kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek
Yamaha?


1.3  Ruang Lingkup

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Objek penelitian dibatasi pada pembeli (buyer), dan pemakai (user) sepeda motor merek Yamaha di Kota Semarang.
2. Atribut yang diteliti yaitu: Program promosi, persepsi merek, motivasi Konsumen dan
kualitas produk.


1.4 Tujuan dan Kegunaan

1.4.1  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis  pengaruh program promosi  tehadap keputusan  pembelian sepeda
motor merek Yamaha.
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi merek  terhadap keputusan pembelian sepeda
motor merek Yamaha.
3. Untuk menganalisis pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan  pembelian sepeda motor merek Yamaha.
4. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepeda
motor merek Yamaha.


1.4.2  Kegunaan Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan memberi kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada konsumen dalam  keputusan pembelian sepeda motor.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar kemungkinan pengambilan keputusan pembelian sepeda motor serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam penawaran dan pemasaran produknya.
3. Bagi dunia Akademi
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan dapat memberikan  kontribusi pada pengembangan studi mengenai pemasaran.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang diperlukan untuk mengakibatkan terjadinya pemindahan kepemilikan barang  atau jasa dan untuk menyelenggarakan distribusi fisiknya sejak dari produsen awal sampai konsumen akhir (Sigit, 2002). Sedangkan menurut Perreault Jr. (2008) dalam  Basic Marketing: A Marketing Strategy Planning Approachberpendapat Marketing is make sure right goods and services are produced.  Pemasaran adalah memastikan bahwa barang dan jasa yang sesuai diproduksi. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Saladin, 2003).   Sedangkan Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat”.    dan juga, Menurut Kotler dan Armstrong (2000) pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan kelima pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan pemasaran adalah
rangkaian proses yang dilakukan untuk menjual barang  atau jasa yang telah diproduksi untuk dipasarkan agar mendatangkan keuntungan bagi perusahaan tersebut sesuai dengan tujuan dari berdirinya suatu perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan.
Pengelolaan pemasaran umumnya dilakukan oleh organisasi. Terdapat aspek-aspek spesifik dari pemasaran yang harus dipertimbangkan oleh bagian pemasaran. Pemasaran dapat dilihat dari sudut pandang mikro, yaitu serangkaian aktifitas untuk mengantisipasi kebutuhan konsumen, alur langsung barang dan jasa kepada konsumen, dan  dilakukan oleh organisasi individu. Dari sudut pandang makro, pemasaran adalah proses sosial yang dapat memenuhi tujuan dari masyarakat, secara efektif menyamakan antara permintaan dan penawaran dimana fokus pada bagaimana aktifitas pemasaran mempengaruhi  masyarakat dan sebaliknya. Pemasaran mencakup usaha perusahaan dalam memuaskan konsumen yang dimulai dengan mengindentifikasi kebutuhan konsumen, menentukan harga pokok barang atau jasa yang relevan, menentukan teknik promosi, dan distribusi atau penjualan produk tersebut. Dalam menciptakan
kepuasan konsumen maka harus ada singkronisasi antara pemasaran yang meliputi kegiatan untuk memastikan barang dan jasa yang benar diproduksi dan menciptakan kepuasan konsumen dimana memenuhi kebutuhan konsumen, keinginan, serta ekspektasi dan produksi yang merupakan kegiatan membuat barang dan menyediakan jasa karena produk tidak dapat menjual diri sendiri Perreault Jr  (2008).


2.1.2 Perilaku konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990,p.3), perilaku konsumen diartikan “ Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action”.  Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu  produk atau  jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.Schiffman dan Kanuk (1997) berpendapat perilaku konsumen adalah  the behavior that consumers display in searching for purchasing, using evaluating, and disposing of produce’s, service idea”s which they expect  with satisfy their needs. Artinya perilaku yang ditunjukan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, dan mengevaluasi barang dan jasa atau ide, diharapkan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut.Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).  Hal ini disebabkan
tujuan pemasaran itu sendiri adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan.  Berdasarkan ketiga pendapat ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah alasan-alasan yang mendasari tindakan individu atau kelompok sebagai konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya.


2.2 Keputusan pembelian

Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan melalui penjualan produk dan jasa kepada konsumen. Dengan menggunakan cara-cara pemasaran yang menarik, perusahaan dapat mempengaruhi keputusan  pembelian konsumen. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk adalah sesuatu yang sangat diinginkan perusahaan, terutama pihakpemasar. Preferensi yang tinggi terhadap merek tidak akan mendapatkan keuntungan secara berlanjut jika hal itu hanya berhenti pada tahap tersebut.


2.2.1 Peranan-peranan dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan oleh beberapa orang. Pemahaman mengenai masingmasng peranan ini sangat berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan kebutuhan konsumen dan keinginan konsumen. Kelima peran tersebut meliputi, Pemrakarsa (initiator), Pemberi pengaruh (influence), Pengambilan keputusan (decider),Pembeli (buyer), Pemakai (user). (Kotler, et al,.1996).


2.3 Promosi

Promosi merupakan salah satu bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya.Promosi juga sering dikatakan sebagai proses berlanjut, karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya bagi perusahaan.  Tujuan dari promosi menurut Swasta (1997:335) adalah sebagai berikut :
a.       Mofikasi tingkah laku
Orang-orang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa alasan, antara lain mencari kesenangan atau bantuan, memberikan pertolongan atau instruksi, memberi informasi, dan mengemukakan ide. Promosi berusaha mengubah tingkah laku yang ada.
b. Memberitahu
Kegiatan promosi dapat ditujukan untuk memberi tahu target pasar mengenai
penawaran perusahaan.
c. Membujuk
Promosi yang bersifat membujuk terutama diarahkan untuk mendorong pembeli. 
Sering kali perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya guna menciptakan kesan positif sehingga dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli.
d. Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingtkan dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk dalam masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan pada daur hidup produk. Kegiatan promosi mengenal adanya bauran promosi yaitu kombinasi dari strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan,  personal selling, dan alat-alat promosi yang lain dimana kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan (Stanton dalam Swasta, 1979:238).
a.       Personal Selling
Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membujuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka dapat mencoba dan membelinya.
b.      Mass Selling
Mass Selling terdiri atas periklanan dan publisitas.   Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu.  Metode ini memang tidak lebih fleksibel dibandingkan dengan  personal selling  namun merupakan yang lebih murah untuk menyampaikan informasi  kepada target pasar yang jumlahnya sangar banyak dan tersebar luas.  Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas.
c.       Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui pengunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang akan dibeli pelanggan.

d.      Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.  Kelompok-kelompok itu adalah mereka yang terlibat, mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
e.       Direct Marketing
Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur di sembarang lokasi (Tjiptono, 2000:222).  Untuk memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode promosi diperlukan adanya strategi bauran promosi yang tepat.  Tugas tersebut tidak mudah, mengingat efektifitas masing-masing berbeda dan paling sulit, setiap metode terkadang tumpang tindih (overlap) dengan metode lain.


2.4 Persepsi Merek

Promosi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan pembelian, begitu pula dengan persepsi. Konsumen akan menampakan perilakunya setelah melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan di ambil dalam membeli suatu produk.  Menurut Ruch (1967: 300). persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.Kotler dan Amstrong (1996) mengemukakan bahwa dalam keadaan yang sama, persepsi
seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda-beda, hal ini disebabakan oleh adanya proses seleksi terhadap berbagai stimulus yang ada.  Pada hakekatnya persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dikehendaki.  Salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis persepsi konsumen terhadap produk.  Dengan persepsi konsumen kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan, atau ancaman bagi produknya.

2.5  Motivasi Konsumen

“Suatu keadaan di dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan ataumenggerakan dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah satu tujuan”(Barelson dan Stainer, 1964:240).  Sedangkan Handoko (2001) mengatakan bahwa peran merek menjadikan pembeli menunjukan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik.  Pada saat seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya akan dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut.

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan dan pemecahan masalah ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Supranto, 2000). Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Hipotesis 1
Program Promosi  berpengaruh positif terhadap  keputusan pembelian sepeda motor Yamaha di Kota Semarang.
b) Hipotesis 2
Persepsi Merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha di Kota Semarang. 
c) Hipotesis 3
Motivasi  Konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha di Kota Semarang.
d) Hipotesis 4
Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap  keputusan pembelian sepeda motor  Yamaha di Kota Semarang.




BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Variabel Penelitian dan Definsi Operasional

Variabel penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen (Indriantono dan Supomo, 1999).  Variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen
Keputusan pembelian yang dilakukan merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. 
Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain : program promosi, persepsi merek, motivasi konsumen, dan kualitas produk.  Proses pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk yang dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan pembelian dan akhirnya didapat perilaku setelah membeli yaitu puas atau tidak puas atas suatu produk yang dibelinya (Mowen dan Minor, 2002). Indikatornya adalah :
1. Tidak mempertimbangkan merek lain.
2. Langsung membeli motor Yamaha.
2. Variabel Independen
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen, yaitu program promosi (X1), Persepsi merek, motivasi konsumen.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian survey dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling yaitu pengambilan sampel pada populasi dengan memberikan syarat dan kriteria tertentu kepada sampel.  Syarat sampel pada penelitian ini adalah sampel berdomisili atau warga Kota Semarang.  Kriteria sampel pada penelitian ini adalah pembeli (buyer) atau pemakai (user) sepeda motor Yamaha. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2004).  Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengendara sepeda motor merek Yamaha di kota Semarang.


3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Menurut sugiarto (2002) data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan, jadi data primer adalah data yang 0,013,904x0,25diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya melalui wawancara atau hasil pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder  adalah data yang telah dukumpulkan oleh pihak lain, bukan dari pihak peneliti sendiri untuk tujuan yang lain (Istijanto, 2005).  Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kajian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual menggunakan pertanyaan lisan kepada obyek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999).  Dari wawancara ini, peneliti akan memproleh informasi spontan dan mendalam dari setiap responden.
2. Kuesioner
Menurut Rangkuti (1997) tujuan kuesioner adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey, memperoleh informasi dengan tingkat keandalan dan tingkat keabsahan setinggi mungkin.  Jawaban dari  pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan sendiri oleh responden  tanpa bantuan dari pihak peneliti.  Pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan tidak meragukan responden.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis yang dipakai adalah :
3.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis kuantitatif adalah gambaran keadaan suatu perusahaan.Suatu definisi yang dapat diartikan secara umum karena model ini dilukiskan dengan sebuah kalimat yang bisa mewakili kualitas dari sebuah obyek yang diteliti.
3.5.2 Analisis Kuantitatif
Analisis data ini menggunakan angka-angka dengan metode statistik.Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara melakukan penyebaran kuesioner kepada para responden menggunakan skala Likert.




Sabtu, 17 November 2012

JURNAL SOFTSKILL


KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI/MENGKONSUMSI BUAH LOKAL




Pengarang : Sudiyarto & Nuhfil Hanani



LATAR BELAKANG


Pemahaman mengenai keinginan konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga secara otomatis akan membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar tersebut. Persaingan antar merek dan produk yang semakin ketat menjadikan konsumen memiliki posisi yang sangat berpengaruh dalam posisi tawar-menawar (Sumarwan, 2003). Pendekatan kecukupan pangan yang berorientasi pada produksi pangan hendaknya mulai digeser pada ketahanan pangan yang berorientasi pada ketersediaan dan daya beli masyarakat. Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi jika ketersediaan produk dan daya beli masyarakat masih mampu mengatasinya. Usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan dapat dilihat dari semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam maupun volumenya. Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal., persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemarintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk. Tetapi krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurangnya stok di pasar. Memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi yang sangat penting bagi pasar dari sektor agribisnis. Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.


MASALAH

Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi/ membeli buah, serta factor apa sajakah yang dominan berpengaruh ?.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
Menganalisis pengaruh faktor-faktor
1. budaya
2. lingkungan sosial;
3. Individu
4. Psikologis
5. Strategi pemasaran terhadap perilaku konsumen dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal dan buah impor serta melihat faktor-faktor mana yang dominan.



METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk studi perilaku konsumen buah-buahan di kota Surabaya sekaligus menganalisis daya saing buah (lokal terhadap impor) atas dasar nilai sikap kepercayaan konsumen terhadap berbagai macam buah misalnya (apel; jeruk dan anggur). Sehingga lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, sebaran lokasi penelitian adalah lokasi tujuan pemasaran buah dengan sasaran konsumen akhir, yaitu Kota Surabaya. Jumlah responden sebanyak 140 responden, ditentukan secara accidental yaitu mewawancarai konsumen buah dengan kriteria :
1). Penggemar (senang) makan buah-buahan;
2). Pembeli rutin buah minimal satu bulan sekali;
3). Mewakili keluarga
4). Keluarga memiliki penghasilan.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian:
Analisis Data
Tujuan penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Structural Equation, Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan piranti lunak (soft ware) AMOS.

Hasil Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variable-variabel
1). Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Konsumen
2). Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Sikap Konsumen
3). Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Sikap Konsumen
4). Pengaruh Psikologis Terhadap Sikap Konsumen
5). Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Sikap Konsumen.

Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah, menunjukkan bahwa :
1.       Perubahan ‘budaya’ maupun peningkatan ‘psikologis’ konsumen, dapat meningkatkan secara nyata sikap-kepercayaannya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal.
2.       Konsumen tidak perlu mempertimbangkan ‘Lingkungan sosial’-nya dalam membeli buah lokal dan peningkatan karakteristik ‘individu’ konsumen tidak menjadikan sikap kepercayaannya meningkat dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal.
3.       Konsumen tidak merasakan adanya ‘Strategi pemasaran’ yang ditempuh perusahaan pemasar yang dapat mendukung meningkatkan ‘sikap-kepercayaan’-nya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal.

Saran

1. Buah lokal perlu diperlakukan sebagai produk yang lebih dihargai di negeri sendiri.
2. Daya saing buah lokal agar ditingkatkan melalui  strategi pemasaran dan peningkatan atribut.

Jumat, 16 November 2012

SOFTSKILL : JOURNAL


AN ANALYSIS OF CONSUMER BEHAVIOR
ON BLACK FRIDAY



1. Introduction

The purpose of this study was to observe and analyze the consumer behaviors of the Black Friday customer. Black Friday, the day after Thanksgiving, is a term used by the retail industry in the United States that signifies the start of the Christmas holiday shopping season. Thanksgiving Day is celebrated on the fourth Thursday of November; therefore, the holiday shopping season runs from the Friday after Thanksgiving Day and continues until December 24, the day before Christmas.  Black Friday  is not considered an official national holiday; however, many employees have Thanksgiving Day off along with the following day, which increases the number of potential shoppers on that Friday.  The origin of Black Friday is based on an accounting term when records were kept in ink with red signifying a loss in profits and black signifying a profit. Retailers generally operate in the red (unprofitable) throughout the year and depend heavily on the holiday season sales to end the year in the black with a profit (Black Friday, n.d.).
With the “hype” of Black Friday, customers are exposed to a retail environment that can stimulate frustration and aggression. Black Friday is traditionally known for long lines with customers waiting outdoors in cold weather waiting for the store to open, confusion and chaos of customers once the retail doors are opened for business, heavily crowded stores, a limited amount of products available at a reduced price, long checkout lines, and the lack of availability of advertised sale products.
Previous literature suggests that changing the physical store environment will affect cognitive, emotional and behavioral reactions of customers (Donovan, Rossiter, Marcoolyn, & Nesdale, 1994; Eroglu & Machleit,1990; Machleit & Eroglu,  2000; McGoldrick, Betts, & Keeling, 1999; Potter, 1984) and the environmental conditions are likely to have a detrimental effect on the nature of service interactions (Bellizzi & Hite, 1992; Bitner, 1992;  Prus,1986). The media has widely documented aggressive consumer behaviors in the Black Friday environment (Barbaro, 2006; Cline, 2005; Jones, 2006; Rozhon, 2004). The  Frustration Aggression Theory developed by Dollard, Miller, Doob, Mowrer, and Sears (1939) served as the conceptual framework for this study. These researchers proposed that frustration and aggression have a cause and effect relationship, as frustration causes aggression and results from frustration. Frustration is a feeling of tension that occurs when efforts to reach certain goals are blocked.  When this occurs, various aggressive behaviors can result.  Black Friday shopping is a phenomenon where aggressive human behavior may surface as customers are frustrated by long lines, crowded stores, and limited product availability of sale items. Previous Black Friday research has focused on sales reports, however, the reports are not academically based and have hav not been published in the academic literature.  The current study used observational methodology to analyze the shopping behavior of Black Friday consumers, providing a unique contribution to the literature. Observing shoppers’ behavior on Black Friday allowed the researchers to measure actual behavior, as opposed to relying on self-reports from the media.  In addition, observers recorded consumers’ comments, which afforded some insight into the shoppers’ state of mind.






2. Methodology

2.1 Design
A categorical instrument  developed by the researchers was divided into three sections: in-line observations prior to the store opening, store entry observations, and individual customer observations.  Each instrument also provided an open-ended item for observers to record general consumer comments heard in-line and in the store. Operational definitions were developed by the researchers by adapting previous research by Ekman (1992), Gottman, et al. (1995), and  Lee and Dubinsky (2003). After receiving university approval for the instrument, a pilot test was conducted. Nine items were developed for the in-line observation and measured the approximate number of customers waiting for the doors to open, the overall emotions and behaviors exhibited by the customers, the presence and absence of shopping companions, and customer demographics. Cronbach’s alpha, a coefficient of reliability, was computed for the in-line section items.  Results revealed an alpha coefficient of .81, indicating that the section had good reliability.
Seventeen individual items measured the  emotions and behaviors of customers as a group upon store entry. Observers circled the approximate percentage of customers that exhibited each behavior under question (e.g., courteous, punching, tripping, cart bumping).  Percentages were presented to the observers as categories; each category represented 10% of the consumers (e.g., 0-10%, 11-20%, 21-30%).  Other items in the “store entry” section of the instrument assessed the number of customers who fell down or were injured, the length of time the chaos upon store opening lasted, and the products sought by customers once inside the store.  Products sought by consumers were measured in the same manner that behaviors were, that is, using categories of percentages. Cronbach’s alpha was .73 for the store entry observations section. Individual consumer behavior instrument items included gender, age, and the emotions and behaviors exhibited by the individual shopper. Observers circled emotions and behaviors that individual shoppers displayed from a list of 15 potential emotions and 20 potential behaviors. Cronbach’s alpha was .70 for the individual customer behavior items. Undergraduate and graduate students serving on the observation team  attended two three-hour training sessions. Each observer selected her or his own retail store as an observation site. Upon arrival at the store, observers documented in-line customer behavior. When the doors to the retail store were opened, observers documented the emotions and behavior of consumers upon store entry.  After the “rush” during store entry, the observers selected one consumer and documented her or his emotions and behavior. Observers continued recording until ten observations of individual consumer emotions and behavior were completed.



3. Results and Discussion

Overall, 22 observers completed 222 individual observations. Chronbach’s alpha coefficient was computed to establish the reliability of the instrument. Cronbach’s alpha coefficient values range from 0 to 1, with higher numbers indicating stronger reliability. Results revealed an alpha of .40, indicating low, but acceptable, reliability.  The dimensionality of the individual behavior item measure was analyzed using an exploratory factor analysis with an orthogonal rotated factor solution (i.e., varimax) to maximize the variances of the factors.   Findings indicated that the items accounted for 65% of the total variance within in-line behaviors and revealed 11 factors with eigen values greater than one.
However, quite a few of the items cross-loaded onto more than one factor so subsequent factor analyses were conducted, removing items that cross-loaded until the results revealed eight “clean” factors (without any cross-loadings). An eight factor solution accounted for 62% of the total variance, which is adequate for an instrument of this nature. However, behaviors were analyzed individually, as opposed to in categories, as the researchers were primarily interested in the frequencies of individual behaviors displayed on Black Friday.

3.1 Gender-Based Comparisons of Shoppers
Two way contingency table analyses with Chi-squares were conducted to determine whether males or females were more likely to exhibit any of the behaviors under consideration while shopping.  As supported by previous literature (Omnitel, 2006), findings indicated that females were more likely than males to exhibit happiness  X2 (1,  N = 221) = 7.09,  p = .008,  Φ =  .18. (Note:  Φ  or “phi” can be computed much like a correlation coefficient.  Traditionally, phis of .10, .30, and .50 represent small, medium, and large effect sizes, respectively).  More specifically, 31% of females exhibited happiness compared to only 13.3% of males.

3.2 In-Line and Store Entry Customer Behaviors
Fourteen stores opened at 6am and seven opened at 5am. A majority (80%) of observers noted more than 50 customers in-line when the stores opened.  When the doors to the stores opened, 52% of the observers reported that the ensuing chaos lasted up to 30 minutes, while only 14% noted chaos for more than 30 minutes.  Nineteen-percent of the observers reported that some of the customers “fell down or appeared injured” when the store opened. Observers recorded customer comments as they waited in-line for stores to open. Customers discussed and reminisced about “how bad the last Black Friday was.” Conversations also related to the actual physical presence of the shoppers in-line, for example, “this line’s getting long,” or “how many people are in-line?” Observers noted confusion amidst the shoppers about which line was appropriate or what doors of the store to enter first. Observers noted frustration and aggravation amongst the customers and recorded statements such as “Idiots!” and “I’ve been here all night, I’m going home.”  Other customers expressed thoughts and feelings such as, “Are we crazy our what?” and “This is an awfully strange way to spend a morning!” Other observations included in-line customers arguing with police officers, young children cursing at people in-line, and the people at the end of the line were mad and rude. Observers also indicated that news crews were at the scene reporting on a nearby car accident and the lack of parking availability.

3.3 Individual Customer Observations
Individual observations lasted up to 65 minutes with the average individual observation lasting 7.14 minutes (SD = 5.52).  Of the shoppers observed, 73% were female and 27% were male. Observers most often reported calmness (47%), courteousness (32%), happiness (27%), and excitement (24%) among the shoppers. The most often observed negative customer behaviors or emotions included anxiety (25%), irritability (24%), and tiredness (23%) (See Table 1). Observers indicated that 60% of the shoppers appeared to have a specific product in mind, particularly electronic media items, such as DVDs, DVD players, televisions, digital cameras, digital photo frames, Wii, Playstation3, and X-box games. It appeared that 59% of the shoppers appeared to purchase an item because it was on sale, while 60% appeared to purchase a gift item.  Just under one-third (29%) of the shoppers appeared to purchase items for themselves.  It appeared that 18% of the shoppers examined product labels and 25% of the shoppers compared products and prices.

3.4 Customer Perceptions and Reactions Related to Employees and Store Environments
“No one knows nothing.” Despite the poor grammar, this statement reflected some of shoppers’ perceptions about the stores and staff during Black Friday sales. Other comments included “There’s no sign.  That’s stupid!”, “Now I need to spend more to buy the bag?”, and “My coupon has expired and that’s not the rebate advertised.”Negative commentary about the prices, logistics, signage, and helpfulness of the stores and their employees were also observed emotions of some Black Friday shoppers.  One frustrated shopper was angry as employees were bringing out more of the “sold out” items and placing these items in various locations throughout the store.  Another customer negotiated with a salesperson for a substitute of an unavailable product. Later, the same frustrated shopper had to seek out the price checker for improperly labeled DVDs.Overall, the emotions and behavior of the Black Friday shopper appeared to be calm (47%), courteous (32%), happy (27%), yet observers also witnessed anxiety (25%) and irritability (24%). Unfortunately, these negative emotions could result in potentially dangerous behaviors which pose a safety concern for store personnel and other shoppers.

Kamis, 01 November 2012


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat / nilai dari orangobjek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan olehpenelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. (Sugiyono,2001).Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabelterikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung pada variabellainnya, serta variabel bebas (independent variable) atau variable yang tidak tergantung pada variabel yang lainnya.

3.1.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variable dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu. Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi indikator empirisyang meliputi :
a. Variable Terikat (Dependent Variable) Citra Merek
Citra Merek adalah persepsi rasional dan emosional seseorang terhadap suatu merek tertentu dengan dasar dari keyakinan konsumen, variable ini dapat diukur melalui indikator :
- mudah dikenali / friendly
- menimbulkan kesan modern / modern
- mudah dikonsumsi disegala situasi dan kondisi / useful
- produk terkenal / popular
- produk mempunyai pilihan rasa baru / inovatif
b. Variabel Antara (Variabel Intervening) Kepribadian Merek
Kepribadian merek adalah serangkaian karakteristik manusia yang diasosiasikan dengan merek tertentu. Indikator dari variabel brand personality yaitu :
- Ketulusan : kesan apa adanya dari produk (ex: suka karena bentuk)
- Kompetensi : produk sangat nyaman dipakai
- Kesederhanaan : produk mudah untuk digunakan
c. Variabel tidak terikat (Independent Variable)
Definisi operasional bebas yang meliputi daya tarik, kepercayaan.
1. Daya Tarik (X1)
Daya Tarik yang dimiliki oleh seorang bintang iklan (selebriti)
seperti; penampilan, cirri khas. Indikator dari variable ini yaitu:
- Menarik (attractive) : ciri khas dari bintang iklan yang disukai oleh
pemirsa.
- Berkelas (classy) : menunjukkan posisi strata social atas.
- Cantik (beautiful) : tampilan bintang iklan yang secara fisik dinilai
“cantik” oleh pemirsa.
- Elegan (elegan) : kesan mewah.

2. Kepercayaan (X2)
Kepercayaan merupakan kejujuran, integritas, dan kredibilitas dari endorser yang diterima oleh pemirsa. Indikator dari variable; ini yaitu:
- Dapat diandalkan : bintang iklan adalah orang yang bertanggung jawab.
- Jujur : ondisi keseharian bintang iklan mencerminkan kejujuran.
- Sesuai : bintang iklan adalah orang yang dapat dipercaya.
- Tulus : bintang iklan adalah orang yang apa adanya.
- Kepercayaan : bintang iklan memiliki nilai kepercayaan yang inggi
dibandingkan dengan yang lain.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi yaitu gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai semesta penelitian ( Ferdinand, 2006). Menurut Sugiyono (2004), populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
3.2.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2004), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004). Teknik nonprobability sampling yang digunakan yaitu kuota sampling. Quota sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2004).
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk memudahkan penelitian, sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah dari kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi yang mana peneliti lebih mudah berinteraksi dengan mereka dibandingkan dengan mahasiswa fakultas lain di luar fakultas ekonomi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan accidental sampling. Accidental sampling yaitu teknik sampling berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2004). Dalam penelitian ini konsumen yang dipilih sebagai responden adalah konsumen yang belum menggunakan pembalut Charm.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden, maupun yang berasal dari dokumen, baik dalam bentuk statistik / dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu / lebih variabel dalam sampel (atau populasi) (Kuncoro, 2001 : 22). Data dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif.
3.3.1 Jenis data
1) Data Kualitatif
Dalam data ini (Kuncoro, 2001 : 23) mendefinisikan bahwa data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka dan tidak dapat diukur dalam skala numeric. Namun karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut.
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numeric (angka) (Kuncoro, 2001 : 23). Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif sebagai penunjang dari data kualitatif, yaitu bilangan atau angka-angka.